Hallo semuanya apakabar :D
Mohon maaf nih karna aku udah jarang banget update blog ini karna wifi sebelah udah engga nyala lagi, entah lah mungkin karna sudah engga butuh wifi lagi atau karna alasan yang lain. Yang kutau aku cuma numpang makai aja dan gratis ngoahahahahaa.....
Kembali lagi di edisi NGEBACOT, edisi NGEBACOT kali ini agak sedikit nganu, kenapa nganu? karna pembahasan kali ini agak menggelikan khususnya untuk hati aku sendiri.
Pokok pembahasannya adalah........ jengggjenggg...... kondom
Kenapa aku memilih kondom? Bukan soal kondomnya apalagi pabrik pembuat kondomnya.
_____________________________________________________________________________________
Berawal dari sebuah malam ketika sedang duduk ngumpul bersama kawan kawan di depan sebuah minimarket dan kebetulan disana banyak WIFI bertebaran dan ya tentunya aku tertarik buat ngumpul dan duduk duduk disana.
Buka netbook dan aku pun mulai mencari WIFI yang ada disana dan akhirnya aku nemu WIFI ID. Dan ternyata konek, akhirnya aku masuk ke dalam minimarket untuk beli voucher WIFI ID yang harganya sekitar Rp 2.000 untuk 2 Jam.
Aku : " Bang, ada voucher WIFI ID? " ucap aku kepada abang abang yang berada di meja kasir.
Sambil nungguin abang abangnya motongin voucher WIFI ID yang ukurannya kecil, aku pun melihat produk produk yang dipajang di etalase engga jauh dari meja kasir. Disebelah kiri pandangan aku aku melihat produk alat kontrasepsi yakni kondom di pajang bebas engga ada penghalang sama sekali, kotak kondomnya dipajang berderet dan mata dengan bebas melihatnya -_-
Dengan tatapan mata sinis ke arah kotak kondom aku berfikir dalam benak "kok gini sih cara penjualan kondom? apa engga ada cara lain?"
Apa kalian berfikir hal yang sama dengan aku?
Apalah salahnya meletakkan alat kontrasepsi tersebut di belakang sebuah produk lain atau diletakkan pada tempat yang tidak gampang dijangkau oleh tangan dan mata.
Sebenarnya banyak yang ingin aku sampaikan tapi entah kenapa aku sedikit kesulitan untuk menterjemahkannya ke dalam bentuk tulisan.
Apa kalian punya pengalaman yang sama dengan aku? Yuk share disini :D
Mohon maaf nih karna aku udah jarang banget update blog ini karna wifi sebelah udah engga nyala lagi, entah lah mungkin karna sudah engga butuh wifi lagi atau karna alasan yang lain. Yang kutau aku cuma numpang makai aja dan gratis ngoahahahahaa.....
Kembali lagi di edisi NGEBACOT, edisi NGEBACOT kali ini agak sedikit nganu, kenapa nganu? karna pembahasan kali ini agak menggelikan khususnya untuk hati aku sendiri.
Jadi pokok pembahasannya apa lis?
Pokok pembahasannya adalah........ jengggjenggg...... kondom
Kenapa aku memilih kondom? Bukan soal kondomnya apalagi pabrik pembuat kondomnya.
_____________________________________________________________________________________
Berawal dari sebuah malam ketika sedang duduk ngumpul bersama kawan kawan di depan sebuah minimarket dan kebetulan disana banyak WIFI bertebaran dan ya tentunya aku tertarik buat ngumpul dan duduk duduk disana.
Buka netbook dan aku pun mulai mencari WIFI yang ada disana dan akhirnya aku nemu WIFI ID. Dan ternyata konek, akhirnya aku masuk ke dalam minimarket untuk beli voucher WIFI ID yang harganya sekitar Rp 2.000 untuk 2 Jam.
Aku : " Bang, ada voucher WIFI ID? " ucap aku kepada abang abang yang berada di meja kasir.
Sambil nungguin abang abangnya motongin voucher WIFI ID yang ukurannya kecil, aku pun melihat produk produk yang dipajang di etalase engga jauh dari meja kasir. Disebelah kiri pandangan aku aku melihat produk alat kontrasepsi yakni kondom di pajang bebas engga ada penghalang sama sekali, kotak kondomnya dipajang berderet dan mata dengan bebas melihatnya -_-
Dengan tatapan mata sinis ke arah kotak kondom aku berfikir dalam benak "kok gini sih cara penjualan kondom? apa engga ada cara lain?"
Apa kalian berfikir hal yang sama dengan aku?
Apalah salahnya meletakkan alat kontrasepsi tersebut di belakang sebuah produk lain atau diletakkan pada tempat yang tidak gampang dijangkau oleh tangan dan mata.
Sebenarnya banyak yang ingin aku sampaikan tapi entah kenapa aku sedikit kesulitan untuk menterjemahkannya ke dalam bentuk tulisan.
Apa kalian punya pengalaman yang sama dengan aku? Yuk share disini :D